Musim itu sudah berlalu,
meninggalkan halwa yang terjanji,
dengan setiap langkah perginya Sang Penari
membiarkan khalayak yang dahulunya ditagih,
berterusan mengharap akan kotanya.
Ketika perlunya ia pada mereka,
bulan dan bintang dipersembah,
tutur bicara indah disantun,
namun semua itu fatamorgana,
oasis mainan fikiran semata.
Aku tidak sangsi,
andainya dodoian itu dimainkan semula,
pada saat tibanya musim itu,
yang kian menjengah.
Namun sampai bilakah jiwa itu bisa terbuai?
akan tiba suatu saat,
kala mana janji itu tidak lagi dibeli.
Soalnya, perlukah ditunggu hingga tiba saat itu?
Naji Mahat
26 Jun 2015, Johor
No comments:
Post a Comment